Severity: Notice
Message: Only variable references should be returned by reference
Filename: core/Common.php
Line Number: 257
Author : Alvin Pranadjaja | 07-05-2015
Ajakan dari seorang tim indonesia.travel yang meng-handle kami membuyarkan niat saya untuk menambah makanan waktu itu. Saya sedang makan siang bersama blogger dan influencer lain di Straits Kitchen Trans Studio Mall setelah beberapa jam bermain di Trans Studio Bandung. Kali ini saya diajak lagi untuk kembali mempromosikan Indonesia lewat sebuah famtrip yang diadakan dalam rangka meramaikan Asian African Carnival yang diadakan di Bandung.
Famtrip kali ini agak berbeda dari biasanya yang saya habiskan dengan lebih banyak mengabadikan moment. Saya tidak cuma harus sekedar menikmati, jepret foto sana. Karena itu secara tidak langsung saya juga diminta untuk menemani dan menjamu tamu negara itu dengan baik. Ceritanya sih jadi diplomat lewat pariwisata gitu.
“Kalian harus jagain ya, itu travel blogger luar negeri. Kalau ada apa – apa bilang sama panitianya” Saya teringat kata – kata Bu Ratna pada briefing singkat sesaat setelah saya tiba di Bandung. Oke, kalau ngejagain mereka di tempat seperti Trans Studio bandung gitu sih gampang. Apalagi jagain di rumah hantu kemarin~ *ehem*. Masalahnya habis ini kan kita bakal jalan – jalan di Asian African Carnival yang ramainya minta ampun. Saya cuma berharap, tidak ada satu dari mereka yang nyasar atau malah nyelip di antusiasme Asian African Carnival yang penuh dengan manusia itu.
Tidak begitu lama setelah berangkat dari Ibis Trans Studio Hotel, kami sampai Grand Royal Panghegar Hotel Bandung. Bus hanya bisa sampai tempat ini untuk parkir. Tidak bisa lebih mendekat lagi karena diinformasikan kemacetan terjadi dimana – mana, akibat penutupan beberapa jalanan utama Bandung. Sepertinya setelah ini kami akan jalan kaki menuju ke pusat keramaian Asian African Carnival. Karena memang lokasinya tidak terlalu jauh dari hotel ini.
Tetapi… tebakan saya salah, sudah ada deretan Bajaj berbahan bakar gas sudah menunggu dan akan mengantarkan kami ke Gedung PGN yang ada di Jalan Braga sebelum melanjutkan dengan jalan kaki ke Jalan Asia Afrika. Selama acara peringatan KAA, gedung PGN disulap menjadi media center. Di media center kami di berikan media name tag, briefing singkat mengenai acara, juga informasi kalau kami sudah ketinggalan parade. Tidak cuma itu saja kami diberitahu kalau selama di lapangan akan ada beberapa volunteer yang menemani kami. Oke, saya sedikit lebih tenang, karena ada yang menemani kami. Karena selama perjalanan menuju media center tadi, sudah tergambar dengan jelas bagaimana keramaian acara ini.
Dengan ditemani beberapa volunteer, kami mulai bergerak menuju Jalan Asia Afrika yang menjadi tempat berlangsungnya acara dengan jalan kaki. Jalan Braga terlihat banyak berubah dibanding ketika saya tinggal di bandung Januari 2015 lalu. Ketika itu Braga masih banyak berbenah disana sini, tetapi sekarang jadi terlihat rapi dan trotoarnya sudah enak untuk jalan kaki.
Saya begitu bersemangat, melihat banyak yang begitu antusias pada acara ini. Mulai dari jalan Braga, Jalan Naripan, hingga Jalan Asia Afrika masih dipenuhi oleh lautan manusia. Pun sebenarnya puncak acara yaitu karnaval yang seharusnya juga kami ikuti telah selesai beberapa waktu yang lalu. Namun tetap saja masih banyak manusia yang berkumpul untuk selfie sana sini atau sekedar menikmati keramaian.
Tidak ketinggalan Ju Won Park, seorang instagrammer yang kebetulan bersama saya juga begitu asik dengan smartphone-nya. Mungkin ada banyak sekali yang unik di mata dia, dan tidak bisa dilihat setiap hari di Korea Selatan. Ada buah segar difoto, ada anak kecil berpakaian adat bali foto bareng ada bunga di tepi jalan pun juga difoto dong. Yah, begitulah instagrammer, layaknya blogger, kalau ada yang unik pasti di foto deh. Beruntung mas – mas volunteer tetap menemani kami dengan sabar menembus lautan manusia di Jalan Asia Afrika.
Ju Won, my new friends, Korean Instagrammer. Inget saya pernah bilang tahunnya instagrammer dan blogger kan.
O iya, pada Asian African Carnival ini disebutkan kalau yang mengikuti parade totalnya mencapai 14 negara dengan jumlah delegasi luar negeri sebanyak 20 orang lho! Banyak juga ya! Itu pun belum termasuk dari Indonesia dan beberapa undangan dari sekitar Kota Bandung. Apalagi saya dengar kalau beberapa hari sebelumnya juga terjadi pemecahan rekor pemain Angklung terbanyak di Stadion Siliwangi Bandung. Kalau prediksi saya sih, pasti ada ribuan orang yang ikut meramaikan seluruh rangkaian acara peringatan KAA kemarin.
Dari itineraryyang dibagikan, saya sudah tahu kalau kami ada acara naik bandros selama mengikuti parade. Namun, karena kami datang terlambat, saya sempat khawatir tidak bisa merasakan naik Bandros. Pun ternyata saya tetap bisa naik bandros yang telah diparkir di dekat panggung utama. Yah, meskipun Bandros-nya dalam keadaan berhenti sih. Tidak mengapa deh, yang penting masih bisa merasakan nai Bandros :D
Untuk yang belum tahu apa itu Bandros, Bandros ini sebenarnya adalah kepanjangan dari Bandung Tour on The Bus. Wujud fisiknya adalah sebuah bus tingkat dengan atap terbuka yang disediakan oleh pemerintah Kota Bandung bagi para wisatawan seperti saya yang hendak berkeliling kota Bandung. Dalam rangka Asian African Carnival kemarin Bandros juga turut diikutkan dalam parade. Sementara untuk yang ketinggalan acara seperti saya, Bandros dipergunakan untuk yang punya media name tag. Harapannya sih agar bisa mendapatkan moment acara dari sudut yang lebih baik untuk keperluan publikasi.
Kemarin ada dua buah Bandros yang diparkir di dekat alun – alun Bandung untuk kami naiki. Satu bandros berwarna merah dan satunya berwarna biru. Agak kaget juga kalau ternyata bandros ini berwarna warni, karena yang saya tahu Bandros berwarna merah lebih sering muncul di social media. Karena enggak mau rugi, saya pun mencoba dua duanya, pun isinya ternyata sama saja sih.
Memang dari atas Bandros saya bisa mendapatkan pemandangan yang lebih jelas. Terlihat dari ujung ke ujung, Jalan Asia Afrika dipenuhi oleh manusia. Sementara tidak begitu jauh dari Bandros terdapat panggung yang menghibur dengan beberapa pertunjukan seni dan musik. Sepanjang pengamatan saya, sepertinya semua menikmati Asian African Carnival di Bandung ini.
Saya pun juga dengan senang menikmatinya, pun terlewat paradenya sih~ Semoga saja acara seperti ini rutin dilakukan setiap tahun. Lumayan kan, selain bikin senang masyarakat sekitar bandung, acara seperti ini sekaligus untuk meningkatkan kunjungan pariwisata ke Indonesia, khususnya Bandung. Nah, semua pada setuju kan? Jadi siapa saja yang kemarin datang ke Bandung untuk melihat acara ini? Atau malah ada yang terlewat? Bagi pengalaman teman – teman di Asian African Carnival di komentar yak! :D
Sumber : Catperku