A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Only variable references should be returned by reference

Filename: core/Common.php

Line Number: 257

(One Day Trip) Curug Sawer - Taman Nasional Gede Pangrango

(One Day Trip) Curug Sawer - Taman Nasional Gede Pangrango

Author : Alvin Pranadjaja | 05-05-2015

Perjalanan kali ini disponsori oleh gajian bulan Maret yang ngga juga habis dan entah hendak diapakan.

Ok, berawal dari seorang teman yang share blog yang menceritakan perjalanannya ke Taman Nasional Gede Pangrango, jadilah kami merencanakan untuk pergi ke sana, sekalian coba naik kereta api yang entah sejak kapan direncanakan tapi ngga juga pernah terlaksana.

+/- 2 minggu sebelum keberangkatan kami pesan tiket kereta api PP Stasiun Paledang - Stasiun Cisaat di t*ket.com nah kok pesan tiketnya jauh-jauh hari kaya lebaran sih? 1. Supaya kebagian tiket, fyi, tiket jurusan Bogor - Sukabumi seringkali jadi primadona diwaktu weekend. 2. Supaya ngga ada yang batal pergi di-last minute hanya karena alesan mood ngga bagus dan males pergi. Jadi, tiket yang kami beli jadwalnya Paledang - Cisaat berangkat 07.55 dan Cisaat - Paledang 15.56 dengan harga 20000 (-diskon 5000/tiket, jadi kami cuma bayar 15000 plus biaya administrasi 7500 untuk 1 kali transaksi). Lama perjalanan 2 jam,jadi kami punya waktu 6 jam di Sukabumi.

Nah, 1 minggu sebelum berangkat muncullah sayembara : Siapa gerangan yang hendak menukarkan tiket ke stasiun? Devi unjuk jari. Pertimbangan tukar tidak di hari-H karena mengantisipasi kalau nanti kami datang di waktu yang terlalu mepet keberangkatan dan antrian yang panjang, sekaligus cek rute angkutan umum yang menuju ke stasiun. Berhubung Devi orangnya mandiri dan temen-temen yang lain tega-an, jadi we berangkat hanya ditemani kang angkot. Skip. Percepat. Sampai di stasiun panas terik, turun angkot naik jembatan penyebrangan sampai di stasiun Bogor yang rame biyanget, weekend ya jadi banyak orang muter-muter naik Commuter Line. Disana tanya ke Bapak keamanan, beliau bilang tukar tiketnya di stasiun Paledang aja, jadilah puter balik naik jembatan lagi. Panas, jalan-jalan, alamat banyak bakar kalori lho itu. Stasiun Lampegan itu kecil, kayak halte Transjakarta, dan saat itu sepi-pi cuma ada beberapa orang aja, langsung tukar booking code sama 8 lembar tiket asli. Pulang.

Hari-H pun tiba (Sabtu, 11 April 2015). Kami janjian untuk siap di pinggir jalan jam 5.30 supaya bisa samper-samperan. Ingin hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai, peribahasanya berlebihan? Iya sih. Telat dikit, 5 menit aja.

Empat orang lengkap tanpa kurang secuil pun sudah duduk manis diangkot menuju Cibinong. Dari Cibinong kami naik bis menuju Terminal Baranangsiang, dan walaupun di antara kami ada yang pergi tanpa mandi tapi bukan berarti kami ga lucky, turun angkot langsung ada bis siap pergi, ok ngetem sebentar sih ya +/-10 menit (ongkos bis 7000/orang).

Sampai di Terminal Baranangsiang kami naik angkot 03 (ongkos 3500/orang), turun di depan jalan menuju stasiun, nah kami naiknya dari stasiun Paledang ya (sebelah kiri), bukan stasiun Bogor (sebelah kanan), sepertinya sih keretanya memang ngga naikin penumpang di stasiun Bogor ya. Sampai di stasiun jam 7 teng, masih banyak waktu buat sarapan, depan stasiun banyak warung makan, pilihan kami bubur ayam (7000/orang), rasanya sih biasa aja, lumayan lah untuk sarapan. Di stasiun sudah banyak orang, dari keluarga yang bawa tas piknik sampe serombongan mas-mas kece ber-carrier. Setelah sarapan jadilah kami duduk-duduk cantik depan stasiun.

Jam 07.45 kami sudah lewat pemeriksaan tiket dan siap berjejer di pinggir rel kereta, tapi hanya kamu yang tahu sampai kapan aku harus menunggu, 07.55 kereta ngga juga datang dan ada pengumuman kalo kereta terlambat karena ada pemeliharaan di stasiun Bogor. Sunbathing-lah kami dipinggir rel kereta api, tapi ngga yakin jadinya seseksi Beyonce. Akhirnya setelah setia menunggu (catatan : kami orang-orang yang setia dan masih single, bisa DM kalo ga percaya) kereta datang jam 08.15. Berangkaaatt.

Gerbong 1 kursi 12A,12B,13A,dan 13B itu ternyata ngga hadap-hadapan tapi saling membelakangi dan ada di kursi 3 seats, artinya : kami terpisah dan terjebak, untungnya berdua-berdua ngga sendiri, tapi kok yo ngene tho,sopo e ki sing pesen?! Koncoku kae lho. Okefine. Jadi saya berdua dengan salah satu dari 3 teman duduk bersama dengan 3 orang Ibu dan 1 orang Bapak yang baik hati. Mereka naik kereta rame-rame tujuannya piknik ke Selabintana Sukabumi, turun 1 stasiun setelah kami di stasiun Sukabumi. Bapak – Ibu nya seru, mereka dulu satu sekolah di salah satu SMA di Malang, arek-arek Ngalam, yang sekarang tinggal di Jakarta dan kumpul setiap bulan, asik kan. Serunya lagi, Bapak – Ibu bawa makanan banyak dan kami dibagi dongs, secara ya kami kan anak baik dan sopan yang mantuable.

Sekitar jam 10.15 kami sampai di stasiun Cisaat, pamitan sama Bapak-Ibu dan janjian ketemuan lagi nanti pulangnya, karena memang nanti kami bakal satu kereta lagi. Depan stasiun ada beberapa angkot ngetem, kami naik angkot lah tujuan ke Pasar Cisaat (ongkos 4000/orang). Oh iya, panduan kami satu kertas lecek yang udah berkali-kali berpindah tangan, “6 Jam di Sukabumi” dari blog kehendakbaru.worpress.com (terima kasih Bro-nya, bermanfaat banget, semoga berkah J ) yang kertasnya udah dipake bolak-balik biar hemat.

Dari stasiun ke Pasar Cisaat cukup deket, tapi bukan berarti bisa langsung sampe dengan hanya salto 3 kali. Pasarnya itu setelah Polsek Cisaat ya. Nah, turun di pasar kita cari angkot Merah tujuan Kadudampit. Sebetulnya kami belum nentuin mau kemana, ada dua pilihan : Curug Sawer atau Situ Gunung. Kenapa ngga dua-duanya? Pertimbangannya waktu dan umur, iya umur. Keputusan akan diambil begitu kami tiba di depan gerbang TNGP. Perjalanan dari Pasar Cisaat ke gerbang Taman Nasional cukup jauh, lebih dari 30 menit tapi ngga sampai 1 jam juga sih. Jadi, gerbangnya itu ada diujung jalan dan diujung rute angkot merah tsb. Di jalan kami ngobrol-ngobrol sama Kang angkotnya, nah dia nawarin untuk jemput lagi nanti jadi kami save nomor henponnya sambil berdoa semoga signal berbaik hati (ongkos 8000/orang).

Di gerbang kami beli tiket masuk seharga 18500/orang wisatawan lokal di hari libur, sudah termasuk asuransi. Bapak tiketnya nanya kami mau ke mana, akhirnya kami memutuskan untuk ke Curug Sawer saja yang jaraknya 1,7 km. Menurut Bapak tiket perjalanannya bisa ditempuh dengan waktu 45 menit, jalannya juga mudah. Ok, kami mencoba untuk percaya. Letsgooo.

Jalan lurus

Awal perjalanan cukup lumayan, jalan lurus agak becek, tanahnya lembek ketutupan daun yang jatuh berguguran. Pemandangannya pohon-pohon tinggi dan jurang di sebelah kanan jalan. Jalan lurusnya cuma bertahan sebentar, selanjutnya jalan naik turun berbatu dan agak licin, harus hati-hati. Tantangan banget, apalagi buat yang pakai kacamata, dipakai berembun, ngga dipakai ya suram, tapi seru itu pasti, ngos-ngosan, keringetan dan teteup ketawa-ketawaan. Pertengahan perjalanan ditandai dengan ada warung, yang haus-yang haus, yang lapar-yang lapar, kata Bapak warung sih itu pertengahan jalan ya. Capek, banget, tapi jadi semangat lagi, perjalanan dilanjut, etapi kita ngga jajan-jajan sih, karena bekal udah lengkap, dari minum sama camilan, cuma kurang bekal makan siang aja.

Naik turun lagi, lewat jembatan sungai kecil, airnya jernih, mungkin memang air di Sukabumi jernih semua ya, belum tercemar limbah, jadilah Aqua airnya dari sana. Apalagi yang bisa diceritain selama perjalanan ya, terlalu fokus sama jalan sih sebetulnya, sambil ngatur nafas juga, berhubung ngga suka olahraga. Setelah lebih dari 45 menit akhirnya kami sampai di Curug Sawer, yihaaa. Curugnyaaaa, banyak airnya. Iya lah. Cukup tinggi juga, tapi ngga boleh dipanjat, wong di bawahnya aja ngga boleh berenang, dalem banget kayaknya sih. Kalau mau basah-basahan bisa dialiran sungainya, ngga tepat di bawah air terjunnya. Airnya dingin banget. Brrr. Liat-liat, foto-foto, main air, sudah semua. Kalau laper gimana? Jangan khawatir, banyak yang jualan, ada bakso, pop mie, minuman macem-macem, lah itu bawanya gimana ya, pasti penuh perjuangan. Kalau mau sholat? Ada mushola kecil dekat warung. Toilet juga ada. Yang jualan souvenir juga ada 1 kios kecil.

Setelah puas main kami turun lagi. Kalau yang gamau capek bisa naik ojek, disana banyak Kang ojek yang nawarin 15000, tapi jalan yang ditempuh beda dengan yang dipakai kalau kita jalan kaki. Kami tetep jalan kaki dong, masih kuat. Sampai di gerbang Taman Nasional kami sms Kang angkot yang tadi, sambil nunggu kami lanjut foto-foto sambil istirahat sambil minum sambil ngemil-ngemil. Jam 3 lewat angkot baru datang, ngebut kita, ngga jadi deh cari oleh-oleh Moci Kasuari yang terkenal itu. Di tengah perjalanan ujan turun deres sampe nyiprat-nyiprat masuk angkot, untungnya ujan tinggal gerimis waktu kami sampai stasiun (ongkos 50000/4 orang).

Setelah pengecekan tiket kami nunggu sebentar, lalu kereta datang. Jam 6 sore kami sudah sampai di stasiun Paledang. Lanjut ke Mesra a.k.a Mesjid Raya buat sholat Magrib, terus cari makan soto mie Bogor tapi ngga ketemu, terlanjur laper jadi makan soto yang ada kikilnya di depan Botani Square, baru habis setengah tetiba inget reportase tentang kikil. Oke. Lanjut ke terminal pulang cari bis pulang. HOME.

Yuk, kapan kita kemana?

Sumber : Dewi Juniarsih