Severity: Notice
Message: Only variable references should be returned by reference
Filename: core/Common.php
Line Number: 257
Author : Rian Harianto | 16-06-2015
Mandi “Balimau” merupakan tradisi masyarakat Minang yang dilaksanakan dalam rangka menyambut bulan Ramadan. Tradisi yang bertujuan untuk menyucikan diri ini dilakukan dengan cara mandi menggunakan jeruk nipis secara bersama-sama di pemandian umum atau sungai. Tempat yang cukup sering digunakan untuk melaksanakan tradisi ini adalah di Pemandian Lubuk Minturun di Kecamatan Koto Tangah dan Sungai Lubuak Paraku di Kecamatan Lubuak Kilangan. Anda bisa melihat ratusan warga melakukan tradisi ini sehari sebelum puasa mulai mulai pukul 16.00 WIB.
Tradisi mandi "Balimau". Foto: iwanrakelta
Foto : iwanrakelta
"Dugderan" merupakan festival untuk menyambut bulan Ramadan yang terdapat di Kota Semarang dan dibuka oleh Walikota Semarang. Tradisi ini telah ada sejak masa kolonial dan berpusat di daerah Simpang Lima. Perayaan ini berupa pawai dari seluruh kalangan dan komunitas masyarakat yang digelar 1-2 minggu sebelum memasuki bulan Ramadan. Perayaan menjadi semakin meriah dengan kehadiran petasan dan kembang api. Nama "dugderan" sendiri merupakan onomatope dari suara letusan petasan dan kembang api itu. Selain pawai, Anda juga bisa mengujungi pasar malamnya.
Pawai Dugderan di Semarang. Foto: Bambang Priantono
Foto : Bambang Priantono
Mayoritas penduduk Bali memang beragama Hindu Bali, namun tak berarti tidak ada tradisi khusus saat bulan Ramadan di pulau ini. Warga Kampung Islam Kepaon, Denpasar, masih menjalankan tradisi “Megibung”, yakni berbuka puasa bersama di masjid setiap memasuki hari ke-10 bulan Ramadan. Dalam bahasa Bali, “megibung” berarti makan bersama atau makan dalam satu wadah yang beralaskan daun pisang. Satu wadah dapat dinikmati oleh 4-6 orang.
Tradisi "Megibung" di Bali.
Selain menjalankan puasa Ramadan dan bersilaturahmi ke sanak saudara saat Idul Fitri, 7 hari setelahnya masyarakat Lombok merayakan “Lebaran Topat” yang dimeriahkan dengan tradisi “Nyangkar”. Tradisi Nyangkar berupa arak-arakan “cidomo” (semacam delman atau dokar di Pulau Jawa) hias yang mengangkut dulang berisi ketupat menuju pusat perayaan di makam Loang Baloq. Sementara “Lebaran Topat” sendiri berlokasi di pantai-pantai yang ada di sekitar Mataram dan Senggigi.
"Lebaran Topat" di Lombok. Sumber foto: Tempo.co
Sumber foto : Tempo.co
Banjarbaru merupakan sebuah kota di dekat Banjarmasin di mana Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin berada. Di kota ini terdapat tradisi “Bagarakan” yang merupakan salah satu bagian dalam menyambut “malam salikuran”, yaitu malam kedua puluh satu bulan Ramadan. Kata “bagarakan” sendiri berarti “berkarnaval” atau “pawai”. Dalam karnaval ada dua kegiatan yang paling menonjol, yakni tradisi bagarakan tanglong (karnaval lampion) berukuran besar dan bagarakan sahur (membangunkan warga untuk sahur) yang berlokasi di Lapangan Murdjani.
Bagarakan Tanglong. Foto: Jurnal Patroli
Sumber : Skyscanner