Severity: Notice
Message: Only variable references should be returned by reference
Filename: core/Common.php
Line Number: 257
Author : Rian Harianto | 12-06-2015
Tampak asri dan anggun rumah bercat putih berhalaman cukup luas di Jalan Soekarno Hatta Nomor 8, Kota Bengkulu. Persisnya di Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Ratu Samban, Di tengah cuaca terik, pengunjung terus berdatangan mendatangi rumah itu. Dengan membayar uang masuk sebesar Rp 2.500 per orang, siapapun dapat memasuki rumah penuh sejarah ini.
Suasana sejuk langsung menyelimuti ketika pertama kali memasuki rumah yang dibangun oleh Tjang Tjeng Kwat pada tahun 1918. Ketika Belanda menawan Ir. Soekarno di Bengkulu, rumah itu menjadi kediamannya. Beliau menempati rumah tersebut selama masa pengasingan dari tahun 1938 sampai dengan 1942.
Pemandu lokal memandu kami memasuki ruang kerja Bung Karno. Selain foto-foto, dipajang sebuah sketsa rancangan sebuah rumah yang dibubuhi tanda tangan beliau. Ya, Ir. Soekarno ialah seorang arsitek. Dari sana kami diajak memasuki ruang tidur yang pernah digunakan bersama Ibu Inggit Garnasih. Sebuah foto di salah satu dinding kamar merekam beberapa surat cinta Bung Karno kepada Ibu Fatmawati. Di seberangnya sebuah ruang tidur lagi yang pernah digunakan oleh saudari-saudarinya. Sebuah lukisan potret diri Ibu Fatmawati dipajang di salah satu dinding.
Setelah itu menuju teras belakang yang cukup lega. Di halaman belakang yang cukup luas ada satu bangunan tambahan dan sebuah sumur. Banyak tamu yang membasuhkan air dari sumur ke wajahnya.
Saat kami berkunjung pada minggu ketiga Mei 2015, di teras belakang itu ada kegiatan yang menarik perhatian pengunjung. Tiga orang tenaga konservasi dari Kementerian Pendidikan sedang mengkonservasi koleksi buku yang ada di rumah itu. Jumlahnya sekitar 300 buku. Buku tertua bertahun 1803. Salah seorang diantara mereka mencoba menjawab pertanyaan dari beberapa pengunjung. Seperti bagaimana cara mengkonservasi buku-buku yang kondisinya sudah tidak utuh lagi, berapa lama mengerjakannya dan lain sebagainya. Buku-buku itu dikonservasi dengan menggunakan bahan-bahan kimia kalium permanganat, asam folic, dan magnesium bikarbonat. Lalu dilaminasi dengan kertas tisu jepang yang langsung diimpor dari Jepang. Target pengerjaan adalah 9 buku selesai selama 8 hari. Namun penyelesaian konservasi tergantung dari ketebalan buku, kondisi buku dan cuaca.
Sebelum kami keluar, melewati ruang tamu di mana pengunjung bisa melihat dua lemari berisi buku-buku yang pernah dibaca Bung Karno, satu set meja kursi dan sebuah sepeda, kendaraan beliau waktu itu.
Bendera merah putih berkibar dengan gagah di depan rumah di bawah langit biru nan jernih pada siang itu. Berdiri menghadap rumah yang kini menjadi cagar budaya, menyelinap perasaan haru sekaligus bangga. Di cagar budaya yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. K.M.10/PW.007/MKP/2004, pengunjung merangkai jejak sejarah, mewujudkan kata-kata dalam buku pelajaran di bangku sekolah menjadi nyata.
Sumber : Traveltoursmindonesia