A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Only variable references should be returned by reference

Filename: core/Common.php

Line Number: 257

Meraup Untung Dengan Bisnis Kaus Kaki dan Sepatu Inovatif

Meraup Untung Dengan Bisnis Kaus Kaki dan Sepatu Inovatif

Author : Alvin Pranadjaja | 12-05-2015

Pengalaman merupakan guru terbaik. Pepatah ini pas menggambarkan perjalanan hidup seorang wirausahawan asal Jombang,Taufiq Rahman. Setelah 20 tahun melakoni peran sebagai tenaga pemasar, ia bertekad mandiri dengan usaha sendiri. Saat ini Taufiq menikmati derasnya tetes rezeki dari bisnis produksi 250.000 pasang kaus kaki dan 1.000 pasang sepatu saban bulan.

Setelah merasakan kariernya sudah mentok sebagai general manager marketing di sebuah perusahaan, Taufiq  memutuskan beralih haluan jadi pengusaha. Sejatinya, usaha kaus kaki dan sepatu bukanlah bisnis pertamanya.

Taufik merantau ke Ibukota, bekerja sebagai detailer perusahaan farmasi. Namun, dia tak bisa menghiraukan panggilannya sebagai wirausahawan. Ia sempat menjalani beragam bidang usaha. “Dulu saya pernah jadi pemasok komputer, lalu jadi produsen pupuk organik. Bahkan saya pernah buka restoran seafood,” kenang dia.

Namun, tak satu pun usaha itu yang berhasil. Padahal, Taufiq sempat menggadaikan rumah demi mewujudkan impiannya berbisnis. Alhasil, Aisyah, sang istri, sempat berujar mungkin jadi pengusaha bukan jalan hidup Taufiq. Dia pun kembali bekerja. “Tapi, tak pernah keluar dari jalur marketing, jadi saya memang sudah menguasai bidang ini,” ujarnya.

Pada 2003, Taufiq mencium potensi besar dari usaha pembuatan kaus kaki. Dari pengalaman enam tahun bekerja di pabrik kaus kaki, dia melihat produk ini merupakan kebutuhan hampir semua orang. Walaupun kecil dan harganya tak seberapa mahal, kaus kaki dibutuhkan orang sejak lahir bahkan hingga menutup usia.

Awalnya, Taufiq memproduksi kaus kaki secara kecil-kecilan dengan sistem maklun di Bandung dengan ditemani seorang karyawan. Karena mengutamakan kualitas, permintaan terus meningkat. Dari maklun, Taufik membeli mesin jahit sendiri. Uang pesangon sebesar Rp 40 juta dari perusahaan tempatnya bekerja ia jadikan modal awal. “Untuk produksi dalam jumlah kecil, maklun membantu, tapi karena jumlah pesanan semakin banyak, tidak bisa lagi dengan sistem itu karena saya sangat menjaga kualitas dan ketepatan waktu,” kata dia.

Dari usaha ini, dia berhasil membuktikan, bisnis kaus kaki tak mengenal merek. Mengandalkan kualitas yang sama dengan produk dari perusahaan, namun memasang harga yang lebih kompetitif, Taufiq mencuri pasar.  Bahkan, kini dia kerap menolak pesanan. “Saya menolak 30% dari total order tiap bulan,” ucap dia.

Taufiq bilang, kunci utamanya dalam usaha ialah membidik pasar yang tepat untuk produknya. “Saya sangat fokus dalam hal marketing, positioning, dan segmentasi,” cetus dia. Dus, hingga sekarang ia meluncurkan 30 merek untuk produk kaus kaki dan sepatu. Tiap produk disesuaikan dengan pasar yang disasar.