A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Only variable references should be returned by reference

Filename: core/Common.php

Line Number: 257

20.000 Umat Buddha Hadiri Perayaan Waisak di Candi Borobudur

20.000 Umat Buddha Hadiri Perayaan Waisak di Candi Borobudur

Author : Alvin Pranadjaja | 04-06-2015

Sebanyak 20.000 umat Buddha dari 18 negara akan menghadiri puncak perayaan Waisak 2559 BE/2015 di Candi Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (2/6) malam. Umat dari negara asing yang datang, antara lain, berasal dari Tibet, Thailand, dan Tiongkok.

Para biksu  mengambil air suci dalam rangkaian Tri Suci Waisak di Umbul Jumprit, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (31/5). Air suci tersebut nantinya akan disatukan dengan pengambilan api yang dibawa ke Candi Borobudur dalam peringatan detik-detik Waisak.KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASAPara biksu mengambil air suci dalam rangkaian Tri Suci Waisak di Umbul Jumprit, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (31/5). Air suci tersebut nantinya akan disatukan dengan pengambilan api yang dibawa ke Candi Borobudur dalam peringatan detik-detik Waisak.

Demikian dituturkan Kepala Dewan Penyantun Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Murdaya W Po saat ditemui di sela-sela acara pengobatan gratis di Candi Borobudur, Senin (1/6).

Salah satu tamu yang akan hadir dalam perayaan Waisak adalah Presiden Joko Widodo.

Detik-detik Waisak akan berlangsung Selasa malam pukul 23.18. Setelah melangsungkan ritual puja bakti menyambut detik Waisak, acara akan dilanjutkan dengan tradisi pelepasan ribuan lampion di atas candi pukul 00.00.

Kepala Divisi Keuangan dan Administrasi Kantor Unit Taman Wisata Candi Borobudur Aryono Hendro Malyanto mengatakan, mendekati Waisak, jumlah kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur meningkat. Pada akhir pekan, Sabtu (30/5) dan Minggu (31/5) kemarin, jumlah wisatawan mencapai lebih dari 20.000 orang per hari.

Sebelumnya, pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung yang biasanya hanya berkisar 3.000-4.000 orang per hari melambung mencapai lebih dari 10.000 orang per hari.

Hingga Senin siang, Aryono mengatakan, pihaknya belum mengetahui kapan sterilisasi kawasan Candi Borobudur dilakukan.

"Sampai saat ini kami belum tahu kapan arus kunjungan wisatawan harus ditutup," ujarnya.

Hari Senin, sebelum perayaan Waisak, Walubi menggelar pengobatan massal secara gratis di area Taman Lumbini, kompleks Candi Borobudur. Melibatkan 379 dokter, termasuk dokter dari Singapura, pengobatan gratis ini diharapkan mampu mengobati 8.000-9.000 pasien.

Sejumlah biksu  mengambil api darma dengan obor dari api abadi Mrapen di Grobogan, Jawa Tengah, Senin (1/6). Prosesi pengambilan api abadi merupakan rangkaian ritual menjelang hari raya Waisak yang jatuh pada Selasa (2/6), kemudian api tersebut akan disemayamkan di Candi Mendut dan keesokan harinya dibawa ke Candi Borobudur.
ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHOSejumlah biksu mengambil api darma dengan obor dari api abadi Mrapen di Grobogan, Jawa Tengah, Senin (1/6). Prosesi pengambilan api abadi merupakan rangkaian ritual menjelang hari raya Waisak yang jatuh pada Selasa (2/6), kemudian api tersebut akan disemayamkan di Candi Mendut dan keesokan harinya dibawa ke Candi Borobudur.

 

Air berkah

Hari Minggu, para biksu sangha Walubi menyemayamkan air berkah Waisak yang diambil dari Umbul Jumprit, lereng Gunung Sindoro, Temanggung, di Candi Mendut, Kabupaten Magelang.

Prosesi persemayaman dilakukan pukul 17.45. Acara ditandai dengan pembacaan doa dan parita suci di depan altar besar dengan patung Buddha Gautama serta hiasan buah-buahan dan rangkaian bunga di samping candi tersebut secara bergantian oleh 10 majelis Walubi.

 

Air berkah yang dibawa dengan kendi dari Umbul Jumprit tiba di pelataran Candi Mendut sekitar pukul 16.00. Air tersebut diserahkan oleh sejumlah perwakilan biksu, antara lain kepada Wakil Ketua Umum Walubi Arief Harsono, Koordinator Dewan Sangha Walubi Biksu Thadisa Paramitha Mahastavira, dan Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Caliadi.

 

Air berkah tersebut diletakkan di altar, dilanjutkan dengan penyalaan lilin panca warna (biru, kuning, merah, putih, dan oranye) oleh 20 perwakilan majelis Walubi.

 

Cahaya bulan tampak di langit yang bersih dari awan di atas Candi Mendut, sekitar 3,5 kilometer timur Candi Borobudur. Para biksu menyemayamkan air berkah ke dalam candi tersebut dalam suasana takzim diiringi pembacaan mantra dan parita oleh umat yang duduk bersila.

 

Arief mengatakan, air menjadi lambang kedamaian, sebagai salah satu sarana puja bakti yang penting dalam perayaan Trisuci Waisak yang akan dipusatkan di Candi Borobudur pada hari Selasa. Air berkah dan api suci Waisak akan diarak oleh umat bersama para biksu dari Candi Mendut ke Candi Borobudur melalui prosesi akbar.

Api suci Waisak diambil dari sumber api alam di Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah, Senin. Api abadi selanjutnya disemayamkan di Candi Mendut.

 

"Air memberi kesejukan kepada manusia dan semua makhluk, menjadi lambang rahmat bagi kehidupan," katanya.

 

Ketua Majelis Sangha Mahayana Walubi Biksuni Wiryaguna mengatakan, sifat pergerakan air yang mengalir dari tempat tinggi ke lokasi yang lebih rendah melambangkan kesadaran umat manusia untuk selalu bersikap rendah hati.

 

"Air selalu mengalir ke bawah, itu simbol manusia yang harus low profile, lambang rendah hati," ucapnya. Selain itu, katanya, air juga menjadi lambang sumber kehidupan dan sarana manusia membersihkan diri dari sifat-sifat buruk.

 

Menurut dia, siapa saja yang merawat sumber air berarti memelihara kehidupan.

Keindahan seni

Rangkaian perayaan Trisuci Waisak di Candi Borobudur bukan hanya penghayatan religius bagi umat Buddha. Budayawan Yogyakarta, Sindhunata, mengungkapkan, perayaan Waisak di Borobudur juga menunjukkan berbagai keindahan seni yang tak bisa dilihat di tempat lain.

 

"Waisak dengan kebuddhaan tidak hanya dilihat sebagai penghayatan religius, tetapi juga menyangkut seni yang indah," katanya saat membuka pameran seni rupa bertema "The Beauty of Waisak" di Borobudur.

 

Ia mengemukakan, Buddha dengan perayaan Waisak menunjukkan beragam keindahan, termasuk Candi Borobudur yang menjadi warisan budaya dunia. Hal menyangkut keindahan, katanya, menjadi capaian puncak yang tidak ada bedanya dengan kebenaran dan kebaikan. Ia menyebut keindahan tentang kebuddhaan dengan Waisak dan Candi Borobudur sebagai pembebasan manusia.

 

Pameran seni rupa oleh Kelompok Alang-Alang Yogyakarta (Faymos Slamet Riyanto, Kukuh Nuswantoro, Tri Suharyanto, Fredie Slamet Widodo, Iswanto, Joko Gundul Sulistyo, dan Andon Esty) berlangsung di Limanjawi Art House, sekitar 600 meter timur Candi Borobudur, pada 31 Mei-30 Juni 2015.

 

Sebanyak 28 lukisan dan 3 patung dipamerkan di tempat yang dikelola seniman Borobudur, Umar Chusaeni. Selain untuk menguatkan apresiasi masyarakat terhadap seni rupa, acara itu juga menyemarakkan perayaan Waisak di Candi Borobudur oleh umat Buddha Indonesia dan luar negeri.

Pada kesempatan itu, Sindhunata menyatakan dukungan kepada para seniman untuk menyuguhkan karya mereka dalam berbagai kesempatan. "Dalam ruang terbuka yang terbatas, kalau ada gereget harus kita dukung. Kreativitas tidak boleh berhenti," ujarnya.

 

Ia mengatakan, Candi Borobudur yang dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra di antara pertemuan Kali Progo dan Elo itu telah menularkan aura seni terhadap kawasannya.

 

"Daerah ini daerah seni. Nenek moyang kita menularkan seni, pasti jadi aura seni di sekitarnya. Sekarang di sekitar Candi Borobudur tumbuh seni," katanya.

 

 

Tetap buka untuk wisatawan

Taman Wisata Candi Borobudur di Magelang tetap dibuka untuk wisatawan saat perayaan Waisak berlangsung. "Taman Wisata Candi Borobudur tetap melayani pengunjung seperti biasa," kata Aryono.

 

Menurut dia, sesuai hasil rapat dengan pihak Walubi, Taman Wisata Candi Borobudur menyiapkan lahan untuk penyelenggaraan kegiatan Waisak di Borobudur. Kegiatan paling awal adalah bakti sosial pada 1-2 Juni di Taman Lumbini.

 

Selasa siang akan dilakukan prosesi arak-arakan umat Buddha dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur melewati Candi Pawon. Ia mengimbau umat Buddha yang ingin merayakan Waisak di kompleks Candi Borobudur untuk mengenakan kartu tanda pengenal yang dikeluarkan Walubi.

Hal ini untuk memudahkan mengatur alur masuk dan membedakan warga yang datang untuk ibadah atau sebagai pengunjung.

Sumber : Kompas