Severity: Notice
Message: Only variable references should be returned by reference
Filename: core/Common.php
Line Number: 257
Author : Alvin Pranadjaja | 03-06-2015
Rupanya tidak cukup satu atau dua saja, bagi seorang Tom Six rasanya belum afdol jika tidak menutup saga kelabang kebangannya dalam sebuah trilogi layaknya sebuah franchise besar. Tetapi The Human Centipedejelas bukan franchise besar, ia hanyalah horor murah yang di awal kemunculan perdananya tahun 2009 silam sempat mengemparkan jagat per-horor-an karena konsep menyegarkan tentang kelabang-manusianya yang bejat dan tidak berperikemanusiaan.
Tetepi banyak fans horor yang masih beranggapan bahwa jilid pertamanya masih lembek, tidak sesuai dengan konsep besar yang digembar-gemborkan, meskipun sebenarnya Six sudah lebih dari cukup membuat sebagaian penonton lain yang lemah hati muntah-muntah melihat pertunjukan sirkus sintingnya itu. Seperti tertatang, Six kemudian melahirkan seri keduanya dua tahun kemudian dengan kadar kegilaan yang jauh lebih tinggi. Meski disajikan dalam warna monokrom guna mengurangi tingkat gore-nya, namun susah untuk tidak bergidik melihat apa yang dilakukan Six di The Human Centipede: Full Sequence. Dengan Lebih banyak momen sadis, lebih banyak kegilaan dengan psikopat lebih bejat dan korban jauh lebih banyak, Full Sequence jelas bisa kamu masukan dalam kategori horor paling gore sepanjang masa.
Ketimbang dua seri pertamanya yang hanya berjeda waktu setahun untuk merilisnya, Six membutuhkan lima tahun untuk mengeluarkan seri pemungkasnya yang diberi sub tajuk Final Sequence. Dengan melihat peningkatan kegilaan yang dihadirkan di Full Sequence tentu saja banyak penontonnya berdebar menyambutFinal Sequence. Kira-kira apa lagi yang dibuat Six di sini? Penampakan poster perdananya dengan jelas mengindikasikan bahwa akan ada jumlah yang luar biasa banyak dalam proyek terbaru human centipede., dan memang benar, Six memang tidak main-main dengan jumlah korbannya kali ini.
Berbeda dengan dua saudaranya, Final Sequence mengusung konsep prison movie dengan setting utama, tentu saja penjara. Jika film kedua karakter utamanya terinspirasi melakukan eksperimen manusia kelabang setelah ia menonton seri pertamanya, maka Six mengulangi kembali keabsurdan itu. Dua cast utamanya adalah Dieter Laser dan Laurence R. Harvey, dokter bedah edan dan tukang parkir seram dari dua seri awal yang kembali diangkut Six dengan peran berbeda yang sama sekali tidak nyambung dengan peran yang dibawakan keduanya sebelumnya.
Dieter Laser kini menjadi Bill Boss, kepala penjara gila hormat, rasis dan kejam. Sementara Laurence R Harvey adalah Dwight Butler, akuntan Bill Boss yang menawarkan sistem ‘pembelajaran sikap’ baru buat para napi bandel berlebel “penjara seumur hidup” dan “hukuman mati” setelah sebelumnya terkesan dengan dua film The Human Centipede-nya Tom Six, bahkan mereka mengundang Tom Six yang memerankan dirinya sendiri di sini guna meminta pendapat tentang rencana siting-nya itu.
Selain premis, kekerasan dan kekejaman menjadi daya jual terbesar dari seri-seri The Human Centipede, tidak peduli seberapa buruk kualitas ceritanya, yang penting adalah seberapa sadis dan kreatif Tom Six menyajikan gore-nya itu yang penting. Seri pertama mungkin seperti pengenalan, punya nuansa horor-thriller yang lumayan, plot standart dan presentasi yang tidak terlalu buruk. Sementara Full Sequence tampil lebih kelam dengan muatan gore yang lebih banyak dan jahanam lagi menjadikan seri keduanya itu yang terbaik. Lalu bagaimana dengan Final Sequence?
Ini bisa dibilang adalah seri terburuk, paling mengecewakan. Tidak hanya punya kualitas narasi palik jelek, namun Six memindahkan jalurnya dari horor/thriller ke ranah dark comedy yang sedikit banyak sudah menghilangkan kesan seriusnya. Hasilnya, Final Sequence seperti parade sirkus bodoh yang dipimpin oleh cast dan plot yang sama bodohnya. Tidak seperti di seri pertamanya, Dieter Laser tidak lagi memancarkan aroma angker, sebaliknya ia seperti badut reot berseragam yang kerap berteriak dan bersumpah serapah tidak jelas. mengacungkan sejata kemana-mana, membunuh. Sementara Laurence R. Harvey pun tidak kalah buruknya. Memang tidak menampilkan akting kelas Oscar, namun melihat Six sudah membuat pemampilannya begitu berbeda dengan karakternya di Full Sequence jelas mengecewakan.
Jangan berharap akan banyak momen sadis di sini. Nyaris separuh lebih durasinya dikuasai oleh karkater narsis Bill Boos dengan segala ganguan mentalnya, bagiamana ia bertingkah laku, tak jelas maunya apa. Meskipun kuantitasnya berkurang drastis, tetapi melihat adegan biji zakar di keluarkan dari tempatnya, di masak tepung dan dimakan, atau salah satu adegan yang menampilkan pemerkosaan paling sakit yang pernah saya saksikan, itu jelas bukan pengalaman yang menyenangkan. Sementara konsepnya tidak hanya bergeser dari horor menjadi komedi hitam namun juga membawa elemen politik yang juga ingin disentuh meskipun tak serius. Mungkin pada akhirnya terdengar konyol, namun seperti karakter gubernur yang diperankan Eric Roberts, pemikiran gila akan Amerika yang lebih baik melalui cara se-ekstrem proyek human centipede bisa jadi pilihan yang masuk akal.
Sumber : Movie Entusiast