Severity: Notice
Message: Only variable references should be returned by reference
Filename: core/Common.php
Line Number: 257
Author : Alvin Pranadjaja | 12-05-2015
Industri perfilman Indonesia memang sedang berkembang cukup pesat belakangan ini, namun perkembangan ini tak lepas dari banyak hujatan masyarakat. Banyak film, terutama sinetron, yang dituding meniru meniru ide-ide film atau sinetron luar negeri, kebanyakan dari Korea Selatan dan India yang memang sedang booming.
Bagaimana tanggapan Mira Lesmana, sebagai seorang sutradara dan produser? Ternyata, menurutnya semua ini berawal dari kekayaan intelektual masyarakat Indonesia, terutama yang ada di balik industri perfilman lokal, yang masih sangat kurang.
"Orang Indonesia doyan complain dan ngeluh. Saya pernah lihat sinetron (Indonesia) sama dengan (sinetron) Korea, harus cek dulu bisa jadi dia beli. Kecenderungan untuk cek lebih jauh itu tidak ada kulturnya. Pemahaman kita tentang kekayaan intelektual masih kurang," jelasnya saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan.
"Misal penggunaan simbol (©), itu kan artinya copyright dan telah didaftarkan. Tetapi banyak yang pakai simbol itu tetapi tidak tahu artinya dan belum mendaftarkan," jelasnya memberi contoh.
Ternyata, produser sekelas Mira Lesmana juga pernah tersandung masalah hak cipta. "Saya aja yang teliti suka kecolongan. Saya sangat hati-hati, lagu yang saya pakai (di film), saya cek banget. Lagu Padamu Negeri, saya pikir lagu kebangsaan ternyata bukan. Tiba-tiba ahli warisnya menggugat dan saya harus bayar (royalti)," tuturnya menceritakan pengalamannya.
"Momen kayak gini di mana kesadaran meninggi, seluruh pihak harusaware aja. Kalau ngomong soal jiplak itu susah, udah ranah hukum, mesti dicek lebih jauh," tandasnya.
Sumber : kapanlagi