A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Only variable references should be returned by reference

Filename: core/Common.php

Line Number: 257

Review - Minions (2015)

Review - Minions (2015)

Author : Alvin Pranadjaja | 19-06-2015

Minions bisa jadi adalah sebuah kasus langka. Lahir dari sekedar karakter penggembira menjadi salah satu ikon animasi paling populer di dunia, bahkan jauh lebih besar dari franchise yang membesarkannya itu sendiri. Ya, dari debutnya di Despicable Me 2010 lalu sebagai anak buah dari karakter utamanya, Gru, dengan cepat para mahluk berbentuk kapsul imut kecil kuning ini naik kelas, merebut perhatian para penontonnya, termasuk di sekuel pertamanya dua tahun silam di mana keberadaan mereka semakin berpengaruh. Jadi sebenarnya dengan pesona sebesar itu tinggal tunggu waktu buat Illumination Entertainment di bawah panji Universal Pictures untuk membuatkan film mereka sendiri, menariknya bukan hanya sekedar animasi pendek, tapi satu film panjang penuh seperti yang sebelumnya pernah dilakukan para pinguin super narsis-nya Madagascar dalamPenguins of Madagascar yang kebetulan juga tayang tahun ini.

Masih disutradarai oleh Pierre Coffin, orang yang paling bertanggung jawab atas kesuksesan dua seriDespicable Me, pencipta Minions sekaligus juga sebagai pengisi suaranya bersama gabungan acak banyak bahasa dunia (termasuk bahasa Indonesia). Kali ini Coffin didampingi olehKyle Balda di bangku sutradara.Minions sendiri bukan hanya sekedar film solo buat para Minion, namun sekaligus sebagai prekuel dam spin-offdari Despicable Me mengingat set waktunya yang terjadi beberapa tahun sebelum even film pertamanya. Tetapi Coffin tidak hanya menarik mundur beberapa dekade sebelum Gru, ia melompat jauh ke belakang, mengisahkan asal muasal para Minion sejak awal kelahiran mereka berjuta-juta tahun lalu dari sebuah sel tunggal yang berevolusi, bagaimana obsesi mereka menjadi pelayan dari para bos-bos kejam. Dari T-rex,  Genghis Khan, Napoleon sampai Dracula, para Minion sudah bolak-balik berganti majikan namun tidak ada yang pernah bertahan lama, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti mencari tuan baru, memilih untuk mengisolasika diri mereka dari dunia luar. Namun tidak punya bos dalam jangka waktu lama membuat para Minion depresi, membuat salah satu Minion; Kevin yang kemudian ditemani oleh Bob dan Stuart memberanikan diri untuk keluar, berpetulangan kembali mencari majikan baru demi kelangsungan hidup kaum Minion. Perjalanan panjang Kevin, Bob dan Sturat kemudian berakhir di New York ketika ketiganya bertemu dengan Scarlet Overkill (Sandra Bullock), super villain wanita paling ditakuti di dunia.

Sudah waktunya memang dengan kepopuleran sebesar itu para Minion kemudian akhirnya mendapat jatah lebih dari sekedar karkater ‘tempelan’ semata. Ya, Minions bisa jadi adalah langka pintar yang dilakukan Illumination Studio dalam usaha mereka mempertahankan sekaligus melebarkan franchiseDespicable Me. Tetapi membiarkan para mahluk kuning itu memegang kendali di satu film penuh dengan bermodal lelucon lama yang kembali dipakai terus-menerus tanpa dukungan plot yang bagus bisa dbilang adalah sebuah perjudian besar.

Paruh pertama Minions bisa dibilang cukup menarik. Melihat bagaimana Coffin dan penulis naskah menciptakan origins kaum Minion, bagaimana melihat mereka bertahan hidup dari satu majikan ke majikan lain dalam sebuah rentang waktu sejarah yang sangat panjang dengan segala tingkah laku kocak yang sayangnya selalu berakhir buruk. Masalahnya kelucuan yang seharusnya bisa maksimal harus menjadi terasa hambar karena sebelumnya sudah bolak-balik dibocorkan oleh trailer-nya yang muncul dalam berbagai versi, nyaris tidak menyisakan sesuatu yang benar-benar berbeda untuk bisa membuat penontonnya kemudian bisa sampai terpingkal.

Sementara di paruh kedua ada lebih banyak momen aksi yang melibatkan set Amerika dan Inggris di era 60’an akhir lengkap dengan segala pernak-pernik budaya dan sejarahnya plus elemen spionase klasik.  Tetapi Coffin seperti sudah kehabisan amunisi untuk menghadirkan lelucon baru buat para minion-nya, hasilnya, kelucuan yang dihadirkan Minions perlahan namun pasti menjadi ‘garing’ dan annoying. Setiap lelucon kemudian hanya sebatas menghasilkan sedikit senyum ketimbang tawa lepas. Sementara kemunculan karakter villain baru macam Scarlet Overkill pun tidak mampu memberikan banyak pengaruh besar buat pergerakan plot-nya. Mungkin salah suara Sandra Bullock yang tidak sejahat penampilannya, atau mungkin juga salah penulis naskah Brian Lnych  yang tidak mampu mengolah sebuah narasi yang kuat buat para minion. Bahkan suara-suara yang dihadirkan bintang-bintang besar macam Michael Keaton, Jon Hamm, Steve Coogan sampai Geoffrey Rush seperti tidak memberi pengaruh apa-apa selain hanya menjadi lebel jualan.

Sumber : Movie Entusiast